Cerita Dewasa - Cerita Seks Kali ini sedikit terbilang nekat, tetapi sangat nikmat. Perkenalkan namaku Rendy, aku seorang bujangan berumur 26 tahun yang saat ini sedang kebingungan. Pasalnya, panggilan pekerjaan dari sebuah perusahaan dimana dia melamar begitu mendadak. Dia bingung bagaimana harus mencari tempat tinggal secepat ini. Perusahaan dimana dia melamar terletak di luar kota, jangka waktu panggilan itu selama empat hari, dimana dia harus melakukan tes wawancara.
Kumpulan Cerita Dewasa Terbaru Dan Terhot |
Sampai pada akhirnya, dia membaca di surat kabar, bahwa disitu tertulis menerima kos-kosan atau tempat tinggal yang permanen. Kemudian dengan bergegas dia mendatangi alamat tersebut. Sampai pada akhirnya, sampailah dia di depan pintu rumah yang dimaksud itu.
Perlahan Rendy mengetuk pintu, Tidak lama kemudian terdengar suara kunci terbuka diikuti dengan seorang Renita tua yang muncul.
“Iya, ada perlu apa, Pak..?”
“Oh, begini.., tadi saya membaca surat kabar, disitu tertulis bahwa di rumah ini menyediakan kamar untuk tempat tinggal.” sahut Rendy seketika.
“Oh, ya, memang benar, silakan masuk Pak, biar saya memanggil nyonya dulu,” Renita tua itu mempersilakan Rendy masuk.
“Hm.., baik, terima kasih.”
Sejenak kemudian Rendy sudah duduk di kursi ruang tamu.
Terlihat sekali keadaan ruang tamu yang sejuk dan asri. Rendy memperhatikan sambil melamun. Tiba-tiba Rendy dikejutkan oleh suara Renita yang masuk ke ruang tamu.
“Selamat siang, ada yang perlu saya bantu..?”
Terhenyak Rendy dibuatnya, di depan dia sekarang berdiri seorang Renita yang boleh dikatakan belum terlalu tua, umurnya sekitar 35 tahunan, cantik, anggun dan berwibawa.
“Oh.., eh.. selamat siang,” Rendy tergagap kemudian dia melanjutkan, “Begini Bu..”
“Panggil saya Bu Ayu..,” tukas Rendi itu menyahut.
“Hm.., o ya, Bu Ayu, tadi saya membaca surat kabar yang tertulis bahwa disini ada kamar untuk disewakan.”
“Oh, ya. Hm.., siapa nama anda..?”
“Rendy Bu,” sahut Rendy seketika.
“Memang benar disini ada kamar disewakan, perlu diketahui oleh Nak Rendy bahwa di rumah ini hanya ada tiga orang, yaitu, saya, anak saya yang masih SMA dan pembantu Renita yang tadi bicara sama Nak Rendy, kami memang menyediakan satu kamar kosong untuk disewakan, selain agar kamar itu Tidak kotor juga rumah ini biar tambah ramai penghuninya.” dengan singkat Bu Ayu menjelaskan semuanya.
“Hm, suami Ibu..?” tanya Rendy singkat.
“Oh ya, saya dan suami saya sudah bercerai satu tahun yang lalu,” jawab Bu Ayu singkat.
“Ooo, begitu ya, untuk masalah biayanya, berapa seRenya..?” tanya Rendy kemudian.
“Hm, begini, Nak Rendy mau mengambil berapa bulan, biaya sewa sebulannya dua ratus lima puluh ribu rupiah,” jawab Bu Ayu menerangkan.
“Baiklah Bu Ayu, saya akan mengambil sewa untuk enam bulan,” kata Rendy.
“Oke, tunggu sebentar, Ibu akan mengambil kwitansinya.”
Akhirnya setelah mengemasi barang-barang di hotel, tinggallah Rendy disitu dengan Bu Ayu, Rini anak Bu Ayu dan Bik Tin pembantu Bu Ayu.
Sudah satu bulan ini Rendy tinggal sambil menunggu panggilan selanjutnya. Dan sudah satu bulan ini pula Rendy punya keinginan yang aneh terhadap Bu Ayu. Renita yang anggun, cantik dan berwibawa yang cukup lama hidup sendirian. Rendy sering menghayal dan membayangkan bagaimana mungkin Renita yang masih kelihatan muda dari segi fisiknya itu dapat betah hidup sendirian. Bagaimana Bu Ayu menyalurkan hasrat seksualnya. Ingin sekali Rendy bercinta dengan Bu Ayu. Apalagi sering Rendy melihat Bu Ayu memakai daster tipis yang menampilkan lekuk-lekuk tubuh Bu Ayu yang masih kelihatan kencang dan indah. Ingin sekali Rendy menyentuhnya.
“Aku harus bisa mendapatkannya..!” gumam Rendy suatu saat.
“Saya harus mencari cara,” gumamnya lagi.
Sampai pada suatu saat kemudian, yaitu pada saat malam Minggu, rumah kelihatan sepi, maklum saja, Rini anak Bu Ayu tidur di tempat neneknya, Bik Tin balik ke kampung selama dua hari, katanya ada anaknya yang sakit. Tinggallah Rendy dan Bu Ayu sendirian di rumah. Tapi Rendy sudah mempersiapkan cara bagaimana melampiaskan hasratnya terhadap Bu Ayu. Lama Rendy di kamar, jam menunjukkan pukul delapan malam, dia melihat Bu Ayu menonton TV di ruang tengah sendirian. Akhirnya setelah mantap, Rendy pun keluar dari kamarnya menuju ke ruang tengah.
“Selamat malam, Bu, boleh saya temani..?” sejenak Rendy berbasa-basi.
“Oh, silakan Nak Rendy..,” mempersilakan Bu Ayu kepada Rendy.
“Ngomong-ngomong, kok kamu tidak keluar nih Nak Rendy, malam Minggu loh, masa di rumah terus, apa gak bosan..?” tanya Bu Ayu kemudian.
“Ah, nggak Bu, lagian keluar kemana, biasanya juga malam Minggu di rumah saja,” jawab Rendy sekenanya.
Lama mereka berdua terdiam sambil menikmati acara TV.
“Oh, ya, Bu, boleh saya buatkan minum..?” tanya Rendy tiba-tiba.
“Lho, tidak usah Nak Rendy, kok repot-repot..,”
“Ah, nggak apa-apa, sekali-kali saya yang buatkan minuman untuk Ibu, masak Ibu dan Bik Tin saja yang selalu membuatkan minuman untuk saya.”
“Hm.., boleh kalau begitu, Ibu ingin minum teh saja,” kata Bu Ayu sambil tersenyum.
“Baiklah Bu, kalau begitu tunggu sebentar.” segera Rendy bergegas ke dapur.
Tidak lama kemudian Rendy sudah kembali sambil membawa nampan berisi dua teh dan sedikit makanan kecil di piring.
“Silakan Bu, diminum, mumpung masih hangat..!”
“Terima kasih, Nak Rendy.”
Akhirnya setelah sekian lama terdiam lagi, terlihat Bu Ayu sudah mulai mengantuk, tidak lama kemudian Bu Ayu sudah tertidur di kursi dengan keadaan memakai daster tipis yang menampilkan lekuk-lekuk tubuh dan payudaranya yang indah. Tersenyum Rendy melihatnya.
“Akhirnya aku berhasil, ternyata obat tidur yang kubeli di apotik siang tadi benar-benar manjur, obat ini akan bekerja untuk beberapa saat kemudian,” gumam Rendy penuh kemenangan.
“Beruntung sekali tadi Bu Ayu mau kubuatkan teh, sehingga obat tidur itu dapat kucampur dengan teh yang diminum Bu Ayu,” gumamnya sekali lagi.
Sejenak Rendy memperhatikan Bu Ayu, tubuh yang pasrah yang siap dipermainkan oleh lelaki manapun. Timbul gejolak kelelakian Rendy yang normal tatkala melihat tubuh indah yang tergolek lemah itu. Diremas-remasnya dengan lembut payudara yang montok itu bergantian kanan kiri sambil tangan yang satunya bergerilnya menyentuh paha sampai ke ujung paha. Terdengar desahan perlahan dari mulut Bu Ayu, spontan Rendy menarik kedua tangannya.
“Mengapa harus gugup, Bu Ayu sudah terpengaruh obat tidur itu sampai beberapa saat nanti,” gumam Rendy dalam hati.
Akhirnya tanpa pikir panjang lagi, Rendy kemudian membopong tubuh Bu Ayu memasuki kamar Rendy sendiri. Digeletakkan dengan perlahan tubuh yang indah di atas tempat tidur, sesaat kemudian Rendy sudah mengunci kamar, lalu mengeluarkan tali yang memang sengaja dia simpan siang tadi di laci mejanya.
Gilak Bokep - Tidak lama kemudian Rendy sudah mengikat kedua tangan Bu Ayu di atas tempat tidur. Melihat keadaan tubuh Bu Ayu yang telentang itu, Tidak sabar Rendy untuk melampiaskan hasratnya terhadap Bu Ayu.
“Malam ini aku akan menikmati tubuhmu yang indah itu Bu Ayu,” kata Rendy dalam hati.
Satu-persatu Rendy melepaskan apa saja yang dipakai oleh Bu Ayu. Perlahan-lahan, mulai dari daster, BH, kemudian celana dalam, sampai akhirnya setelah semua terlepas, Rendy menyingkirkannya ke lantai. Terlihat sekali sekarang Bu Ayu sudah dalam keadaan polos, telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya. Diamati oleh Rendy mulai dari wajah yang cantik, payudara yang montok menyembul indah, perut yang ramping, dan terakhir paha yang mulus dan putih dengan gundukan daging di pangkal paha yang tertutup oleh rimbunnya rambut.
Sesaat kemudian Rendy sudah menciumi tubuh Bu Ayu mulai dari kaki, pelan-pelan naik ke paha, kemudian berlanjut ke perut dan terakhir ciuman Rendy mendarat di payudara Bu Ayu. Sesekali terdengar desahan kecil dari mulut Bu Ayu, tapi Rendy Tidak memperdulikannya. Diciumi dan diremas-remas kedua payudara yang indah itu dengan mulut dan kedua tangan Rendy. Puting merah jambu yang menonjol indah itu juga Tidak lepas dari serangan-serangan Rendy. Dikulum-kulum kedua puting itu dengan mulutnya dengan perasaan dan gairah birahi yang sudah memuncak. Setelah puas Rendy melakukan itu semua, perlahan-lahan dia bangkit dari tempat tidur.
Satu-persatu Rendy melepas pakaian yang melekat di badannya, akhirnya keadaan Rendy sudah Tidak beda dengan keadaan Bu Ayu, telanjang bulat, polos, tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya. Terlihat kemaluan Rendy yang sudah mengencang hebat siap dihunjamkan ke dalam memek Bu Ayu. Tersenyum Rendy melihat rudalnya yang panjang dan besar, bangga sekali dia mempunyai rudal dengan bentuk begitu.
Perlahan-lahan Rendy kembali naik ke tempat tidur dengan posisi telungkup menindih tubuh Bu Ayu yang telanjang itu, kemudian dia memegang rudalnya dan pelan-pelan memasukkannya ke dalam memek Bu Ayu. Rendy merasakan memek yang masih rapat karena sudah setahun Tidak pernah tersentuh oleh laki-laki. Akhirnya setelah sekian lama, rudal Rendy sudah masuk semuanya ke dalam memek Bu Ayu.
Ketika Rendy menghunjamkan rudalnya ke dalam memek Bu Ayu sampai masuk semua, terdengar rintihan kecil Bu Ayu, “Ah.., ah.., ah..!”
Tapi Rendy Tidak menghiraukannya, dia lalu menggerakkan kedua pantatnya maju munjur dengan teratur, pelan-pelan tapi pasti.
“Slep.., slep.., slep..,” terdengar setiap kali ketika Rendy melakukan aktivitasnya itu, diikuti dengan bunyi tempat tidur yang berderit-derit.
“Uh.., oh.., uh.., oh..,” sesekali Rendy mengeluh kecil, sambil tangannya terus meremas-remas kedua payudara Bu Ayu yang montok itu.
Lama Rendy melakukan aktivitasnya itu, dirasakannya betapa masih kencangnya dan rapatnya memek Bu Ayu. Akhirnya Rendy merasakan tubuhnya mengejang hebat, merapatkan rudalnya semakin dalam ke memek Bu Ayu.
“Ser.., ser.., ser..,” Rendy merasakan cairan yang keluar dari ujung kemaluannya mengalir ke dalam memek Bu Ayu.
“Oh.. ah.. oh.. Bu Ayu.., oh..!” terdengar keluhan panjang dari mulut Rendy.
Setelah itu Rendy merasakan tubuhnya yang lelah sekali, kemudian dia membaringkan tubuhnya di samping tubuh Bu Ayu dengan posisi memeluk tubuh Bu Ayu yang telah dinikmatinya itu.
Lama Rendy dalam posisi itu sampai pada akhirnya dia dikejutkan oleh gerakan tubuh Bu Ayu yang sudah mulai siuman. Secara reflek, Rendy bangkit dari tempat tidurnya menuju ke arah saklar lampu dan mematikannya. Tertegun Rendy berdiri di samping tempat tidur dalam kamar yang sudah dalam keadaan gelap gulita itu. Sesaat kemudian terdengar suara Bu Ayu.
“Oh, dimana aku, mengapa gelap sekali..?”
Sebentar kemudian suasana menjadi hening.
“Dan, mengapa tanganku diikat, dan, oh.., tubuhku juga telanjang, kemana pakaianku, apa yang terjadi..?” terdengar suara Bu Ayu pelan dan serak.
Suasana hening agak lama. Rendy Tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia diam saja.
Terdengar lagi suara Bu Ayu mengeluh, “Oh.., tolonglah aku..! Apa yang terjadi padaku, mengapa aku bisa dalam keadaan begini, siapa yang melakukan ini terhadapku..?” keluh Bu Ayu.
Akhirnya timbul kejantanan dalam diri Rendy, bagaimanapun setelah apa yang dia lakukan terhadap Bu Ayu, Rendy harus berterus terang mengatakannya semuanya.
“Ini saya..,” gumam Rendy lirih.
“Siapa, kamukah Deni..? Mengapa kamu kembali lagi padaku..?” sahut Bu Ayu agak keras.
“Bukan, ini saya Bu.., Rendy..,” Rendy berterus terang.
“Rendy..!” kaget Bu Ayu mendengarnya.
“Apa yang kamu lakukan pada Ibu, Rendy..? Bicaralah..! Mengapa Ibu kamu perlakukan seperti ini..?” tanya Bu Ayu kemudian.
Kemudian Rendy bercerita mulai dari awal sampai akhir, bagaimana mula-mula dia tertarik pada Bu Ayu, sampai pada keheranannya bagaimana juga Bu Ayu dapat hidup sendiri selama setahun tanpa ada laki-laki yang dapat memuaskan hasrat birahi Bu Ayu. Juga Tidak lupa Rendy menceritakan semua yang dia lakukan terhadap Bu Ayu selama Bu Ayu Tidak sadar karena pengaruh obat tidur. Tertegun Bu Ayu mendengar semua perkataan Rendy. Lama mereka terdiam, tapi terdengar Bu Ayu bicara lagi.
“Rendy.., Rendy.., Ibu memang menginginkan laki-laki yang bisa memuaskan hasrat birahi Ibu, tapi bukan begini caranya, mengapa kamu Tidak berterus-terang pada Ibu sejak dulu, kalaupun kamu berterus terang meminta kepada Ibu, pasti Ibu akan memberikannya kepadamu, karena Ibu juga merasakan bagaimana Tidak enaknya hidup sendiri tanpa laki-laki.”
“Terus terang saya malu Bu, saya malu kalau Ibu menolak saya.”
“Tapi seTidaknya kan, berterus terang itu lebih sopan dan terhormat daripada harus memperlakukan Ibu seperti ini.”
“Saya tahu Bu, saya salah, saya siap menerima sanksi apapun, saya siap diusir dari rumah ini atau apa saja.”
“Oh, Tidak Rendy, bagaimanapun kamu telah melakukannya semua terhadap Ibu. Sekarang Ibu Tidak lagi terpengaruh oleh obat tidur itu lagi, Ibu ingin kamu melakukannya lagi terhadap Ibu apa yang kamu perbuat tadi, Ibu juga menginginkannya Rendy Tidak hanya kamu saja.”
“Benar Bu..?” tanya Rendy kaget.
“Benar Rendy, sekarang nyalakanlah lampunya, biar Ibu bisa melihatmu seutuhnya,” pinta Bu Ayu kemudian.
Tanpa pikir panjang lagi, Rendy segera menyalakan lampu yang sejak tadi padam. Sekarang terlihatlah kedua tubuh mereka yang sama-sama polos, dan telanjang bulat dengan posisi Bu Ayu terikat tangannya.
“Oh Rendy, tubuhmu begitu atletis. Kemarilah, nikmatilah tubuh Ibu, Ibu menginginkannya Rendy..! Ibu ingin kamu memuaskan hasrat birahi Ibu yang selama ini Ibu pendam, Ibu ingin malam ini Ibu benar-benar terpuaskan.”
Perlahan Rendy mendekati Bu Ayu, diperhatikan wajah yang tambah cantik itu karena memang kondisi Bu Ayu yang sudah tersadar, beda dengan tadi ketika Bu Ayu masih Tidak sadarkan diri. Diusap-usapnya dengan lembut tubuh Bu Ayu yang polos dan indah itu, mulai dari paha, perut, sampai payudara. Terdengar suara Bu Ayu menggelinjang keenakan.
“Terus.., Rendy.., ah.. terus..!” terlihat tubuh Bu Ayu bergerak-gerak dengan lembut mengikuti sentuhan tangan Rendy.
“Tapi, Rendy, Ibu Tidak ingin dalam keadaan begini, Ibu ingin kamu melepas tali pengikat tangan Ibu, biar Ibu bisa menyentuh tubuhmu juga..!” pinta Ibu Ayu memelas.
“Baiklah Bu.”
Sedetik kemudian Rendy sudah melepaskan ikatan tali di tangan Bu Ayu. Setelah itu Rendy duduk di pinggir tempat tidur sambil kedua tangannya terus mengusap-usap dan meremas-remas perut dan payudara Bu Ayu.
“Nah, begini kan enak..,” kata Bu Ayu.
Sesaat kemudian ganti tangan Bu Ayu yang meremas-remas dan menarik maju mundur kemaluan Rendy, Tidak lama kemudian kemaluan Rendy yang diremas-remas oleh Bu Ayu mulai mengencang dan mengeras. Benar-benar hebat si Rendy ini, dimana tadi kemaluannya sudah terpakai sekarang mengeras lagi. Benar-benar hyper dia.
“Oh.., Rendy, kemaluanmu begitu keras dan kencang, begitu panjang dan besar, ingin Ibu memasukkannya ke dalam memek Ibu.” kata Bu Ayu lirih sambil terus mempermainkan kemaluan Rendy yang sudah membesar itu.
Diperlakukan sedemikian rupa, Rendy hanya dapat mendesah-desah menahan keenakan.
“Bu Ayu, oh Bu Ayu, terus Bu Ayu..!” pinta Rendy memelas.
Semakin hebat permainan seks yang mereka lakukan berdua, semakin hot, terdengar desahan-desahan dan rintihan-rintihan kecil yang keluar dari mulut mereka berdua.
“Oh Rendy, naiklah ke atas tempat tidur, naiklah ke atas tubuhku, luapkan hasratmu, puaskan diriku, berikanlah kenikmatanmu pada Ibu..! Ibu sudah tak tahan lagi, ibu sudah tak sabar lagi..” desis Bu Ayu memelas dan memohon.
Sesaat kemudian Rendy sudah naik ke atas tempat tidur, langsung menindih tubuh Bu Ayu yang telanjang itu, sambil terus menciumi dan meremas-remas payudara Bu Ayu yang indah itu.
“Oh, ah, oh, ah.., Rendy oh..!” Tidak ada kata yang lain yang dapat diucapkan Bu Ayu yang selain merintih dan mendesah-desah, begitu juga dengan Rendy yang hanya dapat mendesis dan mendesah, sambil menggosok-gosokkan kemaluannya di atas permukaan memek Bu Ayu. Reflek Bu Ayu memeluk erat-erat tubuh Rendy sambil sesekali mengusap-usap punggung Rendy.
Sampai suatu ketika, tangan Bu Ayu memegang kemaluan Rendy dan memasukkannya ke dalam memeknya. Pelan dan pasti Rendy mulai memasukkan kemaluannya ke dalam memek Bu Ayu, sambil kedua kakinya bergerak menggeser kedua kaki Bu Ayu agar merenggang dan Tidak merapat, lalu menjepit kedua kaki Bu Ayu dengan kedua kakinya untuk terus telentang. Akhirnya setelah sekian lama berusaha, karena memang tadi Rendy sudah memasukkan kemaluannya ke dalam memek Bu Ayu, sekarang agak gampang Rendy menembusnya, Rendy sudah berhasil memasukkan seluruh batang kemaluannya ke dalam memek Bu Ayu.
Cerita Seks - Kemudian dengan reflek Rendy menggerakkan kedua pantatnya maju mundur teru-menerus sambil menghunjamkan kemaluannya ke dalam memek Bu Ayu.
“Slep.., slep.., slep..,” terdengar ketika Rendy melakukan aktivitasnya itu.
Terlihat tubuh Bu Ayu bergerak menggelinjang keenakan sambil terus menggoyang-goyangkan pantatnya mengikuti irama gerakan pantat Rendy.
“Ah.., ah.., oh.. Rendy.., jangan lepaskan, teruskan, teruskan, jangan berhenti Rendy, oh.., oh..!” terdengar rintihan dan desahan nafas Bu Ayu yang keenakan.
Lama Rendy melakukan aktivirasnya itu, menarik dan memasukkan kemaluannya terus-menerus ke dalam memek Bu Ayu. Sambil mulutnya terus menciumi dan mengulum kedua puting payudara Bu Ayu.
“Oh.., ah.. Bu Ayu, oh.., kamu memang cantik Bu Ayu, akan kulakukan apa saja untuk bisa memuaskan hasrat birahimu, ih.., oh..!” desis Rendy keenakan.
“Oh.., Rendy.., bahagiakanlah Ibu malam ini dan seterusnya, oh Rendy.., Ibu sudah tak tahan lagi, oh.., ah..!”
Semakin cepat gerakan Rendy menarik dan memasukkan kemaluannya ke dalam memek Bu Ayu, semakin hebat pula goyangan pantat Bu Ayu mengikuti irama permainan Rendy, sambil tubuhnya terus menggelinjang bergerak-gerak Tidak beraturan.
Semakin panas permainan seks mereka berdua, sampai akhirnya Bu Ayu merintih, “Oh.., ah.., Rendy.., Ibu sudah tak tahan lagi, Ibu sudah tak kuat lagi, Ibu mau keluar, oh Rendy.., kamu memang perkasa..!”
“Keluarkan Bu..! Keluarkanlah..! Puaskan diri Ibu..! Puaskan hasrat Ibu sampai ke puncaknya..!” desis Rendy menimpali.
“Mari kita keluarkan bersama-sama Bu Ayu..! Oh, aku juga sudah tak tahan lagi,” desis Rendy kemudian.
Setelah berkata begitu, Rendy menambah genjotannya terhadap Bu Ayu, terus-menerus tanpa henti, semakin cepat, semakin panas, terlihat sekali kedua tubuh yang basah oleh keringat dan telanjang itu menyatu begitu serasi dengan posisi tubuh Rendy menindih tubuh Bu Ayu.
Sampai akhirnya Rendy merasakan tubuhnya mengejang hebat, begitu pula dengan tubuh Bu Ayu. Keduanya saling merapatkan tubuhnya masing-masing lebih dalam, seakan-akan Tidak ada yang memisahkannya.
“Ser.., ser.., ser..!” terasa keluar cairan kenikmatan keluar dari ujung kemaluan Rendy mengalir ke dalam memek Bu Ayu, begitu nikmat seakan-akan seperti terbang ke langit ke tujuh, begitu pula dengan tubuh Bu Ayu seakan-akan melayang-layang tanpa henti di udara menikmati kepuasan yang diberikan oleh Rendy.
Sampai akhirnya mereka berdua berhenti karena merasa kelelahan yang amat sangat setelah bercinta begitu hebat.
Sejenak kemudian, masih dengan posisi yang saling menindih, terpancar senyum kepuasan dari mulut Bu Ayu.
“Rendy, terima kasih atas apa yang telah kau berikan pada Ibu..,” kata Bu Ayu sambil tangannya mengelus-elus rambut Rendy.
“Sama-sama Bu, aku juga puas karena sudah membuat Ibu berhasil memuaskan hasrat birahi Ibu,” sahut Rendy dengan posisi menyandarkan kepalanya di atas dada Bu Ayu.
Suasana yang begitu mesra.
“Selama disini, mulai malam ini dan seterusnya, Ibu ingin kamu selalu memberi kepuasan birahi Ibu..!” pinta Ibu Ayu.
“Saya berjanji Bu, saya akan selalu memberikan yang terbaik bagi Ibu..,” kata Rendy kemudian.
“Ah, kamu bisa saja Ren,” tersungging senyum di bibir Bu Ayu.
“Tapi, ngomong-ngomong bagaimana dengan Rini dan Bik Tin..?” tanya Rendy.
“Lho, kita kan bisa mencari waktu yang tepat. Disaat Rini berangkat sekolah juga bisa, dan Bik Tin di dapur. Di saat keduanya tidur pun kita bisa melakukannya. Pokoknya setiap saat dan setiap waktu..!” jawab Bu Ayu manja sambil tangannya mengusap-usap punggung Rendy.
Sejenak Rendy memandang wajah Bu Ayu, sesaat kemudian keduanya sama-sama tertawa kecil. Akhirnya apa yang mereka pendam berdua terlampiaskan sudah. Sambil dengan keadaan yang masih telanjang dan posisi saling merangkul mesra, mereka akhirnya tertidur kelelahan. Cerita Dewasa , Cerita Sex , Cerita Dewasa Terhot , Kumpulan Cerita Dewasa, Cerita Bokep, Gilak Bokep, Cerita Crot .....
0 komentar:
Posting Komentar